googlee1ba404c69acd72d.html AMALAN AMPUH DAN DOA-DOA: doa doa
PPC Iklan Blogger Indonesia
Showing posts with label doa doa. Show all posts
Showing posts with label doa doa. Show all posts

12 BULAN HIJRIAH

Saturday, July 6, 2013



Sobat semua kesempatan kali ini saya mau membahas tentang 12 bulan Hijriah,yang telah diwariskan turun temurun dari zaman nabi Muhammad SAW.

ISLAM mengikuti tarikh Hijriah yang dihitung sejak Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah (622). Perhitungan hari dan bulan Hijriah didasarkan pada peredaran bulan, Tarikh Hijriah mempunyai 12 bulan, berikut nama bulan Hijriah :

BULAN KAMARIAH (HIJRIAH)
1. Muharam (Muharram)
2. Safar (Safar)
3. Rabiulawal (Rabi’al-Awwal)
4. Rabiulakhir (Rabi’al-Akhir)
5. Jumadilawal (Jumada al-Awwal)
6. Jumadilakhir (Jumada al-Akhir)
7. Rajab (Rajab)
8. Syakban (Sya’ban)
9. Ramadan (Ramadan)
10. Syawal (Syawwal)
11. Zulkaidah (Zu al-Qa’dah)
12. Zulhijah (Zu al-Hijjah)


1. MUHARAM
Pada bulan ini larangan perang terhadap kaum Kafir Quraisy dicabut. Bagi kaum Syiah, Muharam merupakan bulan ratapan atas kematian Husein bin Ali (w. 10 Muharam 61)

2. SAFAR
Safar (safar) adalah bulan ke-2 dalam bulam Kamariah yang berarti “kosong” atau “kuning”. Pada masa lalu, para pria Arab pergi ke luar rumah mereka untuk berperang, berdagang dan bertualang setiap bulan Safar tiba. Rumah menjadi kosong



3. RABIULAWAL
Rabiulawal (Rabi’al-Awwal) adalah bulan ke-3 dalam bulan Kamariah. Pada tanggal 12 Rabiulawal dirayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulid). Peringatan ini dirayakan di seluruh dunia, meskipun caranya berbeda-beda menurut budaya lokal

4. RABIULAKHIR
Bulan ke-4 dinamai Rabiulakhir (Ar.: Rabi’ al-Akhir), yang berarti “menetap terakhir”, karena pada masa lalu pria Arab menetap dirumah untuk terakhir kalinya.

5. JUMADILAWAL
Jumadilawal (Jumada al-Awwal) adalah bulan ke-5 dalam bulan Kamariah yang berarti “kemarau pertama”

6. JUMADILAKHIR
Jumadilakhir (jumada al-Akhir) adalah bulan ke6 dalam bulan Kamariah yang berarti “kemarau terakhir”

7. RAJAB
Rajab (Rajab) adalah bulan ke-7 dalam bulan Kamariah yang berarti “mulia”. Menurut sejrahnya, bulan Rajab dimuliakan orang Arab dengan menyembelih anak unta pertama dari induknya. Pada bulan ini dilarang berperang dan pintu Ka’bah dibuka.

8. SYAKBAN
Syakban (Sya’ban) adalah bulan ke-8 dalam bulan Kamariah yang berarti “berserak-serak”. Menurut sejarahnya, orang Arab bertebaran pergi ke lembah dan oase untuk mencari air pada bulan ini.

9. RAMADAN
Bulan ke-9 dalam tarikh Hijrah dinamai Ramadan, yang secara etimologis berarti “terik” atau “terbakar” karena pada bulan ini cuaca sangat terik dan panas di Semenanjung Arabia. Pada masa Islam, bulan Ramadan merupakan bulan ibadah puasa

10. SYAWAL
Pada masa Islam, bulan Syawal berarti “peningkatan kebajikan setelah melewati masa latihan pengendalian diri selama sebulan penuh dengan puasa Ramadan”. Pada awal bulan Syawal, kaum muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri atau perayaan yang menandai kemenangan melawan hawa nafsu.

11. ZULKAIDAH
Zulkaidah (Zu al-Qa’dah), bulan ke-11 dalam bulan Kamariah, yang berarti “yang empunya duduk”. Pada bulan ini orang Arab biasanya duduk-duduk saja di rumah

12. ZULHIJAH
Bulan ke-12 disebut Zulhijah (Ar.: Zu al-Hijjah) yang berarti “yang empunya haji”. Dahulu pada bulan ini kebiasaan untuk melakukan ibadah haji ke Mekah (Ka’bah). Dalam agama Islam, ibadah haji masih tetap dilaksanakan pada bulan Zulhijah menurut contoh Nabi Muhammad SAW, yakni pada tanggal 8, 9 dan 10 Zulhijah.

Itulah 12 bulan Hijriah yang  sudah berlaku sejak zaman nabi sampai dengan sekarang,untuk pengertian bulan diatas cuma sedikit ulasannya,nanti saya akan membahas bulan hijriah satu persatu diartikel yang lain.sementara hanya itu yang dapat saya suguhkan.semoga menambah pengetahuan kita dan bisa bermanfaat .

CARA MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN

Friday, July 5, 2013



Mari kita sambut bulan ramadhan dengan penuh suka cita,mempersiapkan diri,dari persiapan fisik hingga persiapan batin,agar kita menjalani bulan ramadhan dengan lancar ada 10 cara untuk menyambut bulan ramadhan,
berikut adalah caranya :

1)Memperbanyak doa
Memperbanyak doa agar ;
a. Diberi kesempatan supaya bisa bertemu bulan ramadhan.
b. Diberi kesehatan
c. Bersemangat dalam mengisi Ramadhan .                                                                                     d. Dihindarkan dari hal-hal yang akan mengganggu upaya optimalisasiRamadhan.
Saat beliau saw melihat munculnya hilal yang menjadi pertanda awal bulan, beliau berdo’a:

Dari Ibnu Umar ra ia berkata: Rasulullah saw jika melihat hilal beliau bersabda: Allah Maha Besar, ya Allah, jadikanlah hilal ini hilal yang membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan Islam, serta taufiq kepada segala hal yang dicintai dan diridhai Tuhan kami, Tuhan kami dan Tuhanmu adalah Allah (H.R. Ahmad dan Ad-Darimi, redaksi yang dipergunakan adalah redaksinya, juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan dinilai shahih olehnya).

Diriwayatkan juga bahwa saat Ramadhan tiba, beliau saw berdo’a:

Ya Allah, selamatkan saya untuk Ramadhan dan selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan dia sebagai amal yang diterima untukku (H.R Ath-Thabarani dan Ad-Dailami).

Setelah kita berdoa dan doa kita dikabulkan Allah SWT, hendaklah kita istiqamah (konsisten) dengan apa yang kita minta serta tidak mengikuti jalan orang-orang yang tidak berilmu, sebagaimana tersebut dalam cerita nabi Musa dan Harun as. Allah SWT menceritakan kejadian itu dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui”. (Q.S. Yunus: 89).

2)Memperbanyak sholawat dan syukur karena kita masih diberi kesempatan untuk bertemu Ramadhan.
Imam Nawawi berkata: disunnatkan bagi siapa saja yang mendapat kenikmatan baru yang tampak jelas atau bagi yang terhindar dari cobaan yang tampak jelas untuk melakukan sujud syukur atau memperbanyak pujian kepada Allah.
Dan merupakan kenikmatan terbesar saat kita mendapatkan taufiq untuk melakukan ketaatan, dan saat kita memasuki Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiat adalah sebuah kenikmatan besar yang patut kita ekspressikan dengan memperbanyak pujian dan rasa syukur kepada Allah SWT.

3) Bergembira ria  atas kedatangan Ramadhan.
Tersebut dalam hadits bahwa Rasulullah saw menyampaikan berita gembira kepada para sahabat tentang kedatangan bulan Ramadhan.

Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw saat Ramadhan tiba bersabda: Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, Allah telah wajibkan atas kalian puasa di siang harinya, pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan dibelenggu, pada bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang terhalang dari kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang (H.R. Ahmad).

Begitu juga para salafush-shalih, mereka menampakkan ekspresi kegembiraan yang berlebih bila bulan Ramadhan riba.

4)Optimalkan ramadhan dengan susunan yang baik
Banyak orang menyusun rencana matang dan rinci untuk urusan dunianya, namun, sering sekali lupa menyusun rencana yang baik untuk akhiratnya. Ini pertanda bahwa mereka belum memahami dengan baik missi hidupnya. Karenanya, banyak peluang kebaikan luput dari mereka. Mengingat Ramadhan banyak menjanjikan berbagai kebaikan, sudah selayaknya bila seorang muslim memiliki rencana yang matang dalam hal ini. Buku pendek yang ada di tangan anda ini semoga bisa membantu dalam hal ini.

5)Tekad/niat untuk optimalisasi Ramadhan, mengisi waktu dengan berbagai amal shalih.
Siapa yang berazam dengan sesungguhnya kepada Allah SWT niscaya Dia akan sungguh-sungguh pula dalam merealisasikan tekadnya serta memberi pertolongan kepadanya untuk berbuat taat dan memudahkan berbagai jalan kebaikan. Allah SWT berfirman:

Tetapi jika mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (Q.S. Muhammad: 21)

6) pemahaman ilmu yang baik terhadap hukum-hukum Ramadhan.
Adalah kewajiban setiap mukmin untuk beribadah kepada Alalh SWT atas dasar ilmu dan pemahaman, dan tidak ada alasan untuk tidak mengetahui kwajiban-kewajiban yang telah Allah SWT fardhukan atas hamba-hamba-Nya. Termasuk dalam hal ini adalah puasa Ramadhan. Karenanya, seyogyanya setiap muslim mengetahui masalah-masalah puasa dan hukum-hukumnya sebelum bulan puasa itu datang, agar puasa yang dia lakukan menjadi sah dan diterima di sisi Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Maka bertanyalah kepada ahli dzikir jika kalian tidak mengetahui (Q.S. Al-Anbiya’: 7).

7. Bertaubat/memohon ampunan
Tekad yang kuat untuk meninggalkan dosa dan keburukan, serta taubat yang benar dari segala kemaksiatan, mencabut diri darinya serta tidak akan kembali kepadanya, sebab bulan Ramadhan adalah syahrut-taubah (bulan taubat), oleh karena itu, siapa saja yang tidak bertaubat pada bulan ini, kapan lagi ia akan bertaubat?
Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung (Q.S. An-Nur: 31).

8) persiapan jasmani dan rohani                                                                                                  persiapan jasmani dan rohani melalui bacaan, telaah kitab dan buku, mendengar kaset Islami yang berisi ceramah atau pelajaran yang menjelaskan keutamaan-keutaam puasa dan hukum-hukumnya agar jiwa menjadi kondusif untuk taat. Rasulullah saw telah menyiapkan jiwa dan spirit para sahabat untuk optimalisasi Ramadhan pada akhir bulan Sya’ban. Beliau bersabda:
Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan… (H.R. Ahmad dan Nasa-i).

9.)Persiapan yang baik untuk berdakwah,
melalui:
a. Menyiapkan bahan-bahan ceramah yang baik untuk disampaikan dalam kesempatan-kesempatan kultum yang ada.
b. Membagikan buku-buku mau’izhah, dan fiqih terkait dengan Ramadhan.
c. Menyiapkan hadiah Ramadhan. Bisa saja isinya berupa buku, kaset dan semacamnya, lalu dikemas khusus dengan label: bingkisan Ramadhan
d. Mengingatkan kepada orang-orang yang memiliki kecukupan untuk memperhatikan fakir miskin, memperbanyak sedekah dan menunaikan zakat.

10)saling memaafkan kepada sesame muslim:
Karena dalam menyambut ramadhan hati pikiran kita harus bersih,maka kita harus saling memaafkan kepada keluarga,dan juga tetangga kita,dengan begitu berarti kita sudah siap menyambut ramadhan.    
                                                                                                                   
Sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang  lain
Itulah 10 cara untuk menyambut bulan suci ramadhan semoga bermanfaat.

KEAMPUHAN DOA SEORANG IBU



Kisah ini adalah tentang seorang ulama besar yang dengan taufiq Allah bisa mencapai derajat sangat tinggi dalam berbagai spesialisasi ilmu agama, berkat doa sang ibunda pada masa kecilnya. Beliau adalah Syaikhul Islam Al-Imam Abul Fath Sulaim bin Ayyub Ar-Razi Asy-Syafi’i rahimahullah, salah seorang ulama abad 5 Hijriyah. Seperti banyak ulama lain generasi salaf, beliau ini dikenal sebagai ulama multi keahlian. Disamping sebagai pakar fiqih, baik dalam bidang ilmu fiqih secara umum maupun dalam bidang ilmu fiqih madzhab Syafi’i secara khusus, beliau juga termasyhur sebagai ahli ilmu Al-Qur’an, qiraat dan tafsir, ahli hadits yang tsiqah (terpercaya) , ahli bahasa, dan lain-lain.


Beliau bercerita bahwa, saat berusia sekitar 10 tahun-an, ada seorang syaikh (ulama) yang datang ke kota Ar-Rayy (terletak di wilayah Persia, dekat Teheran Iran sekarang) dimana beliau tinggal saat itu. Ketika sang Syaikh sedang mengajar dan mendiktekan ilmu kepada para murid, tiba-tiba beliau menunjuk ke arahku seraya berucap: Majulah kamu dan bacalah. Dengan rasa kaget bercampur gugup dan takut, akupun berusaha keras untuk bisa membaca surat Al-Fatihah. Namun ternyata aku tidak mampu melakukannya sama sekali. Lidahku jadi serasa kelu dan mulutku seakan terkunci.
Melihat kondisiku yang demikian, Syaikh tersebut lalu bertanya: Apakah kamu masih punya ibu? Ya, jawabku cepat dan singkat . Beliau berkata lagi: Kalau begitu pulanglah dan

MINTALAH KEPADA IBUMU AGAR BELIAU MENDOAKANMU SEMOGA ALLAH MENGARUNIAKAN KEAHLIAN MEMBACA AL-QUR’AN DAN ILMU-ILMU LAIN KEPADAMU!
 
Dan akupun menjawab singkat: Baiklah! Setelah itu aku langsung pulang menemui ibuku dan memohon doa kepada beliau. Beliaupun serta merta memenuhi permintaanku dan langsung berdoa khusus untukku. Dan saat beranjak besar, aku pergi ke kota Baghdad (yang menjadi salah satu pusat ilmu saat itu), untuk belajar ilmu bahasa Arab, ilmu fiqih, dan lain-lain.

Kemudian, setelah kurasa relatif cukup dalam menuntut ilmu, akupun kembali lagi ke kotaku Al-Rayy. Dan ketika suatu hari aku sedang berada di Masjid Jami’ untuk mengkaji kitab Mukhtashar Al-Muzani, tiba-tiba Syaikh yang menasehatiku dulu itu datang lagi, dan berucap salam kepada kami, namun beliau tidak mengenaliku. Beliau mendengar kajian kami, tapi tidak cukup memahami apa-apa yang kami diskusikan. Beliau lalu bertanya: Kapan dan bagaimana ilmu seperti ini bisa dipelajari dan didapat? Saat itu juga ingin sekali rasanya aku mengingatkan beliau akan wejangannya kepadaku kala kecil dulu dan berkata: Jika Syaikh masih punya ibu, maka pulanglah dan mintalah kepada beliau agar mendoakan Syaikh. Namun aku sungkan, sehingga tentu saja itu tidak kukatakan.

Catatan: Tidak ada keraguan bahwa, doa orang tua khususnya ibu untuk anaknya, termasuk doa yang mustajab. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Ada tiga doa yang mustajab, tanpa keraguan didalamnya: Doa orang yang terdzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang tua untuk anaknya” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Al-Albani). Namun perlu dipahami bahwa, itu tentu dengan syarat tidak adanya faktor-faktor penghalang lain. Seperti misalnya dosa-dosa sang anak yang belum terampunkan karena memang belum dilakukan tobat dengan taubatan nashuha darinya. Disamping bisa juga karena sikap durhaka anak atau kurang baktinya, atau sikap-sikap apapun lainnya, yang mungkin telah menyakiti hati ibu bapak sehingga sampai mengganggu atau mengurangi atau bahkan menghalangi keikhlasan dan sikap totalitas mereka saat berdoa untuk anaknya.

Nah, bagi yang masih memiliki ibu, mari mengistimewakan bakti kepada beliau disamping banyak-banyak meminta maaf kepadanya, lalu setelah itu silakan masing-masing memohon agar beliau mendoakannya secara khusus sesuai kebutuhan yang paling dihajatkannya. Dan setelah itu, tunggulah – dengan sabar, tawakkal dan husnudzan – keajaiban dan barokah pengkabulannya dari Dzat Yang Maha Menepati janji.

Sedangkan bagi yang ibundanya telah tiada , disamping senantiasa beristighfar untuk diri sendiri, maka hendaklah ia banyak melakukan amal-amal yang dibenarkan atau ditolerir atau bermanfaat untuk dilakukan bagi kebaikan dan pertambahan pahala beliau di alam barzakh atau di akherat kelak. Seperti misalnya doa untuk beliau, istighfar bagi beliau, sedekah dan semacamnya diantara amal-amal ibadah harta yang dikhususkan untuk beliau, haji dan atau umrah atas nama beliau, dan lain-lain. Dimana dengan berbagai bentuk “bakti” tersebut, diharapkan doa-doa sang bunda untuk buah hati semasa hidup yang boleh jadi dulu sempat tertahan oleh berbagai faktor penghalang dan penahan, kini bisa dikabulkan Allah untuk kebaikan dan kemaslahatan sang anak dalam hidupnya. Semoga!

Oleh:Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA
Sumber: Inspirasiislami.com

DOA MEMOHON AMPUNAN DIRI,KELUARGA DAN ORANG MUKMIN LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN

Wednesday, July 3, 2013



Doa Memohon Ampunan Diri, Keluarga, Dan Orang-Orang Mukmin Laki –laki maupun Mukmin Perempuan



Doa Memohon Ampunan Diri, Keluarga, Dan Orang-Orang Mukmin Laki-laki maupun Mukmin Perempuan,

Doa untuk memohon segala ampunan.

Bacaan Doa Memohon Ampunan Diri, Keluarga, Dan Orang-Orang Mukmin

Rabbighfirlii wa li waalidayya wa li man dakhala baitiya mu’minan wa lil-mu’miniina wa laa tazidi al-zhaalimiina illaa tabaaraan

Artinya ;

Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman, dan semua orang beriman, laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kehancuran. (QS Nuh [71]:28)

Alangkah baiknya jika kita mengamalkan doa ini setiap habis shalat fardhu lima waktu,agar segala dosa kita ,orang tua kita ,juga orang mukmin lainnya terampuni.
Itulah doa memohon ampunan diri,keluarga dan orang mukmin laki-laki maupun mukmin perempuan,semoga bermanfaat.

DOA MALAM LAILATUL QODR

Tuesday, July 2, 2013



Kitab Suci Al-Quran Turun Pada Malam Lailatul Qadr

Saat memasuki malam yang ke 17 di bulan Ramadhan sebagian kaum muslimin dan masjid-masjid serta mushola-mushola mulai diadakan peringatan turunnya al-Quran pertama kali yang disebut malam peringatan Nuzulul Quran. Hal ini juga ‘terkesan’ dikuatkan dengan catatan kaki dalam “al-Quran dan Terjemahnya”surat adh-Dhukhan ayat 3.
إِنَّآ أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi[1369] dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
[1369] malam yang diberkahi ialah malam Al Quran pertama kali diturunkan. di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.
Keyakinan ini bertentangan dengan firman Allah subhanahu wa ta’alaa dalam surat al-Qadr ayat pertama:
إِ نَّآ أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1593].”
[1593] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena pada malam itu permulaan Turunnya Al Quran.
Ayat diatas dengan jelas bahwa al-Quran diturunkan pada malam kemulian (Lailatul Qadar) dan juga Terlihat jelas bahwa catatan kaki untuk ayat di atas dalam “al-Quran dan Terjemahnya” juga menjelaskan bahwa malam permulaan turunnya al-Quran adalah pada malam tersebut. Sekarang yang menjadi pertanyaan, kapan terjadinya malam Lailatul Qadar, malam dimana al-Quran itu turun ? apakah benar pada 17 Ramadhan seperti yang selama ini oleh sebagian kaum muslimin Indonesia mempertingatinya ?
Nabi shallahu’alaihi wa sallam pernah mengabarkan kepada kita tentang kapan akan datangnya malam Lailatul Qadar. Beliau pernah bersabda:
“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” (Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)
Beliau shallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:
“Berusahalah untuk mencarinya pada sepuluh hari terakhir, apabila kalian lemah atau kurang fit, maka jangan sampai engkau lengah pada tujuh hari terakhir” (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Dengan demikian telah jelas bahwa lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan yaitu pada malam-malam ganjilnya 21, 23, 25, 27 atau 29. Maka gugurlah keyakinan sebagian kaum muslimin yang menyatakan bahwa turunya al-Quran pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan.
Jika ada yang berargumen, “Tanggal 17 Ramadhan yang dimaksud adalah turunnya al-Quran ayat pertama ke dunia kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yaitu surat al-‘Alaq  ayat 1-5, sedangkan Lailatul qadar pada surat al-Qadar adalah turunnya al-Quran seluruhnya dari lauhul mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia !!?”.
Maka jawabnya: Benar, bahwa turunnya al-Quran yaitu pada Lailatul qadar seperti yang tertuang dalam surat al-Qadar adalah turunnya al-Quran dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia, dan setelah itu al-Quran diturunkan secara bertahap selama 23 tahun. Seperti perkataan Ibnu Abbas radliyallahu’anhu dan yang lainnya ketika menafsirkan QS. Ad-Dukhon ayat 3:
“Allah menurunkan al-Quran sekaligus daru Lauh Mahfudz ke baitul izzah (rumah kemuliaan) di langit dunia kemudian Allah menurunkannya secara berangsur-angsur sesuai dengan berbagai peristiwa selama 23 tahun kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir 8/441)
Tetapi apakah ini menjadikan bahwa benar nya pendapat bahwa turunnya ayat pertama (QS. Al-‘Alaq: 1-5) kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah 17 Ramadhan ?? mari kita simak pembahasan dibawah ini.
Pendapat bagus syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury di Kitab Sirohnya tentang kapan awal permulaan wahyu
Dalam kitab siroh beliau, beliau menjelaskan bahwa memang ada perbedaan pendapat diantara pakar sejarah tentang kapan awal mula turunnya wahyu, yaitu turunnya surat Al-Alaq: 1-5. Beliau menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21. Beliau mengatakan:
“Kami menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21, sekalipun kami tidak melihat orang yang menguatkan pendapat ini. Sebab semua pakar biografi atau setidak-tidaknya mayoritas di antara mereka sepakat bahwa beliau diangkat menjadi Rasul pada ahari senin, hal ini diperkuat oleh riwayat para imam hadits, dari Abu Qotadah radliyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa hari senin. Maka beliau menjawab,
“Pada hari inilah aku dilahirkan dan pada hari ini pula turun wahyu (yang pertama) kepadaku.”
Dalam lafdz lain disebutkan, “Itulah hari aku dilahirkan dan pada hari itu pula aku diutus sebagai rasul atau turun wahyu kepadaku”
Lihat shahih Muslim 1/368; Ahmad 5/299, Al-Baihaqi 4/286-300, Al-Hakim 2/602.
Hari senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu adalah jatuh pada tanggal 7, 14, 21, dan 28. Beberapa riwayat yang shahih telah menunjukkan bahwa Lailatul Qodar tidak jatuh kecuali pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Jadi jika kami membandingkan antara firman Allah, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatul Qodar”, dengan riwayat Abu Qotadah, bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada hari senin, serta berdasarkan penelitian ilmiah tentang jatuhnya hari senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu, maka jelaslah bagi kami bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada malam tanggal 21 dari Bulan Ramadhan. (Lihat Kitab Siroh Nabawiyyah oleh Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury Bab Di Bawah Naungan Nubuwah, hal. 58 pustaka al-Kautsar)
Maka jelaslah bahwa pendapat kapan al-Quran turun, baik al-Quran turun dari Baitul Izzah ke langit dunia atau dari langit dunia ke Rasulullah keduanya  saling melengkapi, dan bukan terjadi di 17 Ramadhan. Wallahu’alam.
Yang bisa dipetik dari pembahasan di atas
  1. Al-Quran diturunkan pada malam lailatul qadar bukan pada malam yang dikenal dengan malam ‘Nuzulul Quran’ yang bertepatan pada tanggal 17 Ramadhan.
  2. Lebih khusus lagi bahwa turunnya wahyu kepada Rasulullah shalallallahu’alaihi wa sallam yang pertama adalah 21 Ramadhan, seperti pendapat syaikh Shafiyyurahman.
  3. Peringatan Nuzulul Quran 17 Ramadhan dengan dzikir tertentu dan bentuk pengajian khusus adalah bentuk peringatan yang tidak pernah ada landasannya dari al-Quran dan Hadist Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, sehingga termasuk dalam perkara bid’ah.
  4. Lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir yang ganjil dibulan Ramadhan.
  5. Peringatan lailatul qadar pada malam 27 Ramadhan (atau malam ganjil lainnya) dengan suatu pengajian khusus juga merupakan bid’ah karena Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam tidak pernah memperingatinya melainkan beliau shallahu’alahi wa sallam menghidupkan malam tersebut dengan qiyamul lail dan memperbanyak doa.
  6. Himbauan kepada para penanggung jawab “al-Quran dan Terjemahnya” agar meluruskan catatan kaki atau takwil-takwil dari ayat suci al-Quran yang hanya merupakan anggapan-anggapan yang tidak berdalil atau bahkan tafsiran/takwil yang bathil.
Referensi
  • Ustadz Aunur Rofiq. Nuzulul Quran pada bulan Romadhon. Majalah al-Furqon Edisi 84, th ke-8 1429/ 2008
  • Abu Musa al-Atsari. Lailatul Qadar Malam Kemulian. Majalah adz-Dzakiroh Edisi 43, Edisi Khusus Ramadhan-Syawal, Vol 8, No.1 1429 H
  • Al-Quran dan Terjemahnya
  • Siroh Nabawiyah, oleh Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarokfury

Followers