googlee1ba404c69acd72d.html AMALAN AMPUH DAN DOA-DOA: kisah teladan
PPC Iklan Blogger Indonesia
Showing posts with label kisah teladan. Show all posts
Showing posts with label kisah teladan. Show all posts

13.KISAH NABI SYU'AIB AS

Wednesday, March 19, 2014


Nabi Syu'aib as berdakwah kepada kaum Madyan dan Aikah. Merupakan satu dari 4 nabi bangsa Arab. Tiga lainnya adalah nabi Hud, Shaleh, dan Muhammad saw.

Nama: Syu'aib (Syuaib) bin Mikail
Garis Keturunan:
Adam as Syits Anusy Qainan Mahlail Yarid Idris as Mutawasylah Lamak Nuh as Sam Arfakhsyadz Syalih Abir Falij Ra'u Saruj Nahur Azar Ibrahim as Madyan Yasyjur Mikail Syu'aib as
Usia: 110 tahun
Periode sejarah: 1600 - 1490 SM
Tempat diutus (lokasi): Madyan (di pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai)
Jumlah keturunannya (anak): 2 anak perempuan
Tempat wafat: Yordania
Sebutan kaumnya: Madyan dan Ashhabul Aikah
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 11 kali


Dakwah Nabi Syu'aib

Syu'aib (Shuayb, Shuaib, Shuaib, Syuaib) artinya "Yang Menunjukkan Jalan Kebenaran"

Allah mengutus Nabi Syu'aib kepada penduduk Madyan yang berada di bagian barat laut Hijaz, tepatnya di daerah al-Bada'. Allah berfirman, "Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, Tidak ada ilah (sembahan) bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman"."Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakuti-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-A'raf [7]: 85-86).

Penduduk Madyan adalah orang-orang pandai berdagang dan bertani. Hanya saja mereka sering menipu dan licik dalam berinteraksi terhadap sesama. Jika membeli barang milik orang lain, mereka minta agat takaran atau timbangannya dilebihkan dari ukuran hak mereka. Sebaliknya, jika menjual, mereka akan berlaku curang dan mengurangi timbangan atau takaran yang menjadi hak orang lain.

Nabi Syu'aib melarang mereka melakukan perbuatan tersebut dan mengingatkan akibat dari perbuatan tercela itu. Namun, mereka tidak mengindahkannya sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an, "Wahai nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki?. Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai." (QS. Hud [11]: 87).


Penduduk Madyan telah menempuh jalan sesat, menyekutukan Allah, mengancam Nabi Syu'aib dan orang-orang yang beriman dengan siksaan serta pengusiran. Hal ini sebagaimana terekam dalam al-Qur'an, "Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri dari kaum Sy'uaib "Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari negeri kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami". Berkata Syuaib: "Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?" (QS. Al-A'raf [7]: 88).


Kemudian berlakulah Sunatullah terhadap orang-orang yang zhalim setelah mereka tetap dalam kebatilannya dan berada pada jalan yang sesat. Allah berfirman, "Pemuka-pemuka dari kaumnya (Syu'aib) yang kafir berkata (kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika kalian mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi'.Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu'aib mereka itulah orang-orang yang merugi. Maka Syu'aib meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?" (QS. Al-A'raf [7]: 90-93).


Lalu Allah mengutus Nabi Syu'aib kepada Ashabul Aikah (Penduduk Aikah) di daerah Tabuk. Demikianlah menurut riwayat sejarawan yang paling kuat. Allah berfirman, "Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul; ketika Syuaib berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian. maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku," (QS. Asy-Syu'ara [26]: 176-179).


Kata al-Aikah bermakna semak belukar yang melilit pepohonan. Bentuk jamaknya adalah Aik. Mereka pun mulai menyembah Aikah tersebut dan tidak menyembah Allah. Disamping itu, mereka juga selalu berbuat curang dalam timbangan dan takaran. Nabi Syu'aib selalu mengingatkan mereka tentang akibat dari perbuatan tersebut, tetapi mereka selalu menentangnya. Kisah ini terekam dalam firman Allah, "Mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir, dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta. Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. Syu'aib berkata: "Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan".Kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa adzab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya adzab itu adalah adzab hari yang besar. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sungguh, Rabbmu Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang ," (QS. Asy-Syu'ara [26]: 185-191).

Ringkasan Kisah Syu'aib

Syu'aib ditetapkan oleh Allah untuk menjadi seorang nabi yang tinggal di timur Gunung Sinai kepada kaum Madyan dan Aikah. Yaitu kaum yang tinggal di pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai. Masyarakat tersebut disebut karena terkenal perbuatan buruknya yang tidak jujur dalam timbangan dan ukuran. Mereka menyembah berhala bernama Aikah, yaitu sebidang tanah gurun yang ditumbuhi pepohonan.

Syu'aib memperingatkan perbuatan mereka yang jauh dari ajaran agama, namun kaumnya menghiraukannya. Syu'aib menceritakan pada kaumnya kisah-kisah utusan-utusan Allah terdahulu yaitu kaum Nuh, Hud, Shaleh, dan Luth yang paling dekat dengan Madyan yang telah dibinasakan Allah karena enggan mengikuti ajaran nabi. Namun, mereka tetap enggan. Akhirnya, Allah menghancurkan kaum Madyan dengan bencana.

Ketika berdakwah bagi kaum Madyan, Nabi Syu'aib menerima ejekan masyarakat yang tidak mau menerima ajarannya karena mereka enggan meninggalkan sesembahan yang diwariskan dari nenek moyang kepada mereka. Namun, Syu'aib tetap sabar dan lapang dada menerima cobaan tersebut. Ia tidak pernah membalas ejekan mereka dan tetap berdakwah. Bahkan, dakwahnya semakin menggugah hati dan akal. Dalam berdakwah kadang ia memberitahukan bahwa dia sebenarnya sedarah dengan mereka. Hal ini memiliki tujuan agar kaumnya mau menuju jalan kebenaran. Karena itulah ia diangkat menjadi rasul Allah yang diutus bagi kaumnya sendiri. Nabi Syu'aib yang saat itu memiliki beberapa pengikut, mulai mendapat ejekan kasar dari kaum lain. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai penyihir dan pesulap ulung.

Allah menimpakan azab melalui beberapa tahap. Kaum Madyan pada awalnya diberi siksa Allah melalui udara panas yang membakar kulit dan membuat dahaga. Saat itu, pohon dan bangunan tidak cukup untuk tempat berteduh mereka. Namun, Allah memberikan gumpalan awan gelap untuk kaum Madyan. Kaum Madyan pun menghampiri awan itu untuk berteduh sehingga mereka berdesak-desakan dibawah awan itu. Hingga semua penduduk terkumpul, Allah menurunkan petir dengan suaranya yang keras di atas mereka. Saat itu juga Allah menimpakan gempa bumi bagi mereka, menghancurkan kota dan kaum Madyan.

Makam Syu'aib terpelihara dengan baik di Yordania yang terletak 2 km barat kota Mahis dalam area yang disebut Wadi Syu'aib. Situs lain yang dikenal sebagai makam Syu'aib terletak di dekat Horns of Hattin di Lower Galilee.

Kisah Syu'aib dalam Al-Qur'an

Di dalam Al-Quran, nama Syu'aib, disebutkan sebanyak 19 kali, yaitu :

Surat Al A’Raaf [7] : ayat 85, 88, 90, 92, dan 93.
Surat Huud (Hud) [11] : ayat 84, 85, 87, 88, 91, 92, dan 94
Surat Asy Syu'araa [26] : ayat 177, 188, dan 189
Surat Al-Qashash (Al-Qasas) [28] : ayat 25 dan 27
Surat Al-'Ankabuut (Al-'Ankabut) [29] : ayat 36 dan 37

12.KISAH NABI AYYUB AS



Nabi Ayyub digambarkan Al Quran sebagai nabi paling sabar dalam menghadapi cobaan. Nabi Ayyub as berdakwah kepada Bani Israil dan Kaum Amoria (Aramin) di Haran, Syam.
Nama: Ayub (Ayyub) bin Amush
Garis Keturunan:
Adam as Syits Anusy Qainan Mahlail Yarid Idris as Mutawasylah Lamak Nuh as Sam Arfakhsyadz Syalih Abir Falij Ra'u Saruj Nahur Azar Ibrahim as Ishaq as al-'Aish Rum Tawakh Amush Ayub as
Usia: 120 tahun
Periode sejarah: 1540 - 1420 SM
Tempat diutus (lokasi): Dataran Hauran
Jumlah keturunannya (anak): 26 anak
Tempat wafat: Dataran Hauran
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Amori, di daerah Syria dan Yordania
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 4 kali


Ayub adalah seorang nabi sangat sabar, bahkan bisa dikatakan bahwa beliau berada di puncak kesabaran. Ayub menjadi simbol kesabaran dan cermin kesabaran atau teladan kesabaran. Allah telah memujinya dalam kitab-Nya yang berbunyi: "Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." [QS. Shad [38]: 44]

Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan bentuk dari penyakitnya, dan banyak cerita-cerita dongeng yang mengemukakan tentang penyakitnya. Dikatakan bahwa beliau terkena penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia enggan untuk mendekatinya. Dalam cuplikan kitab Taurat disebutkan berkenaan dengan Nabi Ayub: "Maka keluarlah setan dari haribaan Tuhan dan kemudian Ayub terkena suatu luka yang sangat mengerikan dari ujung kakinya sampai kepalanya." Tentu kita menolak semua ini sebagai suatu hakikat yang nyata. Kami pun tidak mentolerir jika itu dianggap sebagai perbuatan seni semata. Perhatikanlah ungkapan dalam Taurat: "Kemudian setan keluar dari haribaan Tuhan kita," sebagai orang-orang Muslim, kita mengetahui bahwa setan telah keluar dari haribaan Tuhan sejak Allah SWT menciptakan Adam as. Maka, kapan setan kembali keharibaan Tuhan? Kita berada di hadapan ungkapan seni, tetapi kita tidak berada di hadapan suatu hakikat.


Lalu, bagaimana hakikat sakitnya Nabi Ayub dan bagaimana kisahnya? Yang populer tentang cobaan Nabi Ayub dan kesabarannya adalah riwayat berikut: para malaikat di bumi berbicara sesama mereka tentang manusia dan sejauh mana ibadah mereka. Salah seorang di antara mereka berkata: "Tidak ada di muka bumi ini seorang yang lebih baik daripada Nabi Ayub. Beliau adalah orang mukmin yang paling sukses, orang mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak beribadah kepada Allah SWT dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu berdakwah di jalan-Nya." Setan mendengarkan apa yang dikatakan lalu ia merasa terganggu dengan hal itu. Kemudian ia pergi menuju ke Nabi Ayub dalam rangka berusaha menggodanya tetapi Nabi Ayub adalah seorang Nabi di mana hatinya dipenuhi dengan ketulusan dan cinta kepada Allah SWT sehingga setan tidak mungkin mendapatkan jalan untuk mengganggunya.


Ketika setan berputus asa dari mengganggu Nabi Ayub, ia berkata kepada Allah SWT: "Ya Rabbi, hamba-Mu Ayub sedang menyembah-Mu dan menyucikan-Mu namun, ia menyembah-Mu bukan karena cinta, tapi ia menyembah-Mu karena kepentingan-kepentingan tertentu. Ia menyembah-Mu sebagai balasan kepada-Mu karena Engkau telah memberinya harta dan anak dan Engkau telah memberinya kekayaan dan kemuliaan. Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya, kekayaannya, dan anak-anaknya. Seakan-akan berbagai nikmat yang Engkau karuniakan padanya adalah rahasia dalam ibadahnya. Ia takut kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur. Oleh karena itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut. Jadi, di dalamnya bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni karena cinta."



Riwayat tersebut mengatakan bahwa Allah SWT berkata kepada iblis: "Sesungguhnya Ayub adalah hamba yang mukmin dan sejati imannya. Ayub menjadi teladan dalam keimanan dan kesabaran. Aku membolehkanmu untuk mengujinya dalam hartanya. Lakukan apa saja yang engkau inginkan, kemudian lihatlah hasil dari apa yang engkau lakukan."


Akhirnya, setan pergi dan mendatangi tanah Nabi Ayub dan berbagai tanaman dan kenikmatan yang dimilikinya. Kemudian setan itu menghancurkan semuanya. Keadaan Nabi Ayub pun berubah dari puncak kekayaan ke puncak kefakiran. Kemudian setan menunggu apa tindakan Nabi Ayub. Nabi Ayub berkata: "Oh musibah dari Allah SWT. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami di mana Dia saat ini mengambilnya. Allah SWT telah memberi kami nikmat selama beberapa masa. Maka segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang diberikannya, dan Dia mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya pujian sebagai Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan Allah SWT. Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Dia-lah yang ridha dan Dialah yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia memberikan kerajaan kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya; Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya." Kemudian Nabi Ayub sujud dan Iblis tampak tercengang melihat pemandangan tersebut.



Lalu setan kembali kepada Allah SWT dan berkata: "Ya Allah, jika Ayub tidak menerima nikmat kecuali dengan mengatakan pujian, dan tidak mendapatkan musibah kecuali mendapatkan kesabaran maka hal itu sebagai bentuk usahanya karena ia mendapatkan anak. Ia mengharapkan dengan melalui mereka kekayaannya meningkat dan melalui mereka ia dapat menjalani kehidupan yang lebih mudah." Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT membolehkan bagi setan untuk berbuat apa saja kepada anak-anak Ayub. Kemudian setan menggoncangkan rumah yang di situ anak-anaknya tinggal sehingga mereka semua terbunuh. Dalam keadaan demikian, Nabi Ayub berdialog kepada Tuhannya dan menyeru: "Allah memberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya pujian saat Dia memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha, saat Dia mendatangkan manfaat dan mudharat. Kemudian Ayub pun sujud dan iblis lagi-lagi tampak tercengang dan merasa malu."



Iblis kembali menemui Allah SWT dan mengatakan bahwa Ayub dapat bersabar karena badannya sehat. Seandainya Engkau memberi kekuasaan kepadaku, ya Rabbi, untuk mengganggu badannya niscaya dia akan berhenti dari kesabarannya. Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT menginzinkan setan untuk mengganggu tubuh Ayub. Dikatakan bahwa setan memukul tubuh Nabi Ayub dari kepalanya sampai kakinya sehingga Nabi Ayub sakit kulit di mana tubuhnya membusuk dan mengeluarkan nanah, bahkan keluarganya dan sahabat-sahabatnya meninggalkannya kecuali isterinya. Namun lagi-lagi Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT. Beliau memuji-Nya pada hari-hari kesehatannya dan ia tetap memuji Allah SWT saat mendapatkan ujian sakit. Dalam dua keadaan itu, Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT.

Melihat pemandangan itu, amarah setan semakin meningkat namun ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Di sini setan mengumpulkan para penasihatnya dari pakar-pakar dan ia menceritakan tentang kisah Ayub dan meminta mereka mengeluarkan pendapat—setelah ia menyampaikan rasa putus asanya saat menggodanya atau mencoba menghilangkan sifat sabarnya dan syukurnya.

Salah seorang setan berkata: "Sungguh engkau telah mengeluarkan Adam bapak manusia dari surga, lalu darimana engkau mendatanginya? Oh, yang engkau maksud adalah Hawa?" Terbukalah di hadapan Iblis suatu ide yang baru. Lalu ia pergi ke istri Ayub dan memenuhi hatinya dengan rasa putus asa sehingga ia pergi ke Ayub dan berkata padanya: "Sampai kapan Allah SWT menyiksamu? Di mana harta, keluarga, teman dan kaum kerabat? Di mana masa jayamu dan kemuliaanmu dahulu?"


Mendengar perkataan isterinya itu, Nabi Ayub menjawab: "Sungguh engkau telah dikuasai oleh setan. Mengapa engkau menangisi kemuliaan yang telah berlalu dan anak yang telah mati?" Perempuan itu berkata: "Mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah agar Dia menghilangkan cobaan darimu dan menyembuhkanmu serta menghilangkan kesedihannmu?" Nabi Ayub berkata: "Berapa lama kita merasakan kebahagiaan?" Istrinya menjawab: "Delapan tahun." Ayub berkata: "Berapa lama kita mendapat penderitaan?" Istrinya menjawab: "Tujuh tahun." Ayub berkata: "Aku malu jika aku meminta agar Allah SWT melepaskan penderitaanku ketika aku melihat masa kebahagiaanku. Sungguh imanmu tampak melemah dan keputusan Allah SWT membuat hatimu menjadi sempit. Seandainya aku sembuh dan kembali kepada kekuatanku, niscaya aku akan memukulmu dengan seratus kali pukulan dari tongkat. Sejak hari ini, aku tidak memakan dari makananmu dan dari minumanmu atau memerintahkanmu untuk melakukan suatu urusan. Maka pergilah kau dariku."


Akhirnya, isteri Nabi Ayub pergi sehingga Nabi Ayub tinggal sendirian dalam keadaan sabar menanggung penderitaanya. Penderitaan yang seandainya ditimpakan kepada gunung niscaya gunung tidak akan mampu menahannya. Kemudian Nabi Ayub berdoa kepada Allah SWT dalam keadaan penuh kasih sayang dan meminta belas kasih kepada-Nya. Beliau berdoa agar Allah SWT menyembuhkannya. Dan akhirnya, doanya dikabulkan oleh Allah SWT. Demikianlah riwayat yang populer berkenaan dengan penderitaan Nabi Ayub dan kesabarannya.

Menurut hemat kami riwayat ini palsu karena ia sesuai dengan teks Taurat yang menjelaskan sakitnya Nabi Ayub. Begitu juga kami tidak menerima jika dikatakan bahwa penyakitnya sangat buruk sekali yang menyebabkan masyarakat lari darinya sebagaimana dikatakan oleh dongeng-dongeng kuno. Bagi kami, riwayat semacam itu bertentangan dengan kedudukan kenabian. Yang perlu kita perhatikan dan perlu kita pastikan adalah apa-apa yang telah disampaikan oleh Al-Qur'an berkenaan dengan cerita Nabi Ayub. Al-Qur'an adalah kitab satu-satunya yang pasti benar yang tiada kebatilan di depan dan di belakangnya.

Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: ('Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.' Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami kembalihan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. al-Anbiya': 83-84)


Kita telah memahami bahwa Nabi Ayub adalah hamba yang saleh dari hamba-hamba Allah SWT. Allah SWT menginginkan untuk mengujinya dalam hartanya, keluarganya, dan badannya. Hartanya hilang sehingga ia menjadi orang fakir setelah sebelumnya ia termasuk orang yang paling kaya. Kemudian ia ditinggalkan oleh istrinya dan keluarganya sehingga ia merasakan arti kesunyian dan kesendirian lalu ia ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia merasa menderita karenanya, tetapi beliau tetap sabar menghadapi semua itu dan tetap bersyukur kepada Allah SWT.


Sakit yang dideritanya cukup lama sehingga beliau menghabiskan waktu-waktu dan hari-harinya dalam keadaan sendirian bersama penyakitnya, rasa sedihnya, dan kesendiriannya. Demikianlah Nabi Ayub merasakan segi tiga penderitaan. Segi tiga penderitaan dalam hidupnya, yaitu sakit, kesedihan, dan kesendirian. Di saat beliau mendapat cobaan seperti itu, pada suatu hari datang pada beliau salah satu pemikiran setan. Pikiran itu berputar-putar di relung hatinya; pikiran itu mengatakan padanya, wahai Ayub penyakit ini dan penderitaan yang engkau rasakan oleh karena godaaan dariku. Seandainya engkau berhenti sabar dalam satu hari saja niscaya penyakitmu akan hilang darimu. Kemudian manusia-manusia berbisik-bisik dan berkata: Seandainya Allah SWT mencintainya niscaya ia tidak akan merasakan penderitaan yang begitu hebat. Demikianlah pemikiran yang jahat itu. Setan tidak mampu untuk mengganggu seseorang kecuali dengan izin Allah SWT sebagaimana Allah SWT tidak menjadikan cinta-Nya kepada manusia identik dengan kesehatan mereka. Sesungguhnya Allah SWT menguji mereka sebagaimana yang dikehendaki-Nya.


Pikiran setan itu berputar di sekitar hati Nabi Ayub seperti berputarnya lalat di musim panas di sekitar kepala manusia, namun beliau mampu menghilangkan pikiran ini dan sambil tersenyum kepada dirinya beliau berkata: "Keluarlah hai setan! Sungguh aku tidak akan berhenti bersabar, bersyukur, dan beribadah." Akhirnya, pikiran jahat itu dengan rasa putus asa keluar dari akal Nabi Ayub. Nabi Ayub duduk dalam keadaaan marah karena setan berani untuk mengganggunya. Beliau membayangkan bahwa boleh jadi setan berani menggodanya dengan memanfaatkan kesendiriannya, penderitaannya, dan penyakitnya.


Istri Nabi Ayub datang dalam keadaan terlambat dan mendapati Nabi Ayub dalam keadaan marah. Istrinya itu menutupi kepalanya dengan suatu kain tertutup. Istri Nabi Ayub menghadirkan atau menghidangkan makanan yang baik untuknya. Nabi Ayub bertanya padanya: "Dari mana engkau mendapati uang?" Nabi Ayub telah bersumpah akan memukulnya seratus kali pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh, tetapi kesabarannya sungguh sangat luas seperti sungai yang besar. Dan di waktu sore, setelah mengetahui kehalalan makanan yang dihidangkan, beliau pun memakannya. Kemudian Nabi Ayub keluar menuju ke gunung dan berdoa kepada Tuhannya.


Allah SWT berfirman:

"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.' (Allah berfirman): 'Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayuh) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (hepada Tuhannya)." (QS. Shad: 41-44)


Bagaimana kita memahami perkataan Nabi Ayub, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan."? Nabi Ayub ingin mengadukan kepada Tuhannya perihal keberanian setan padanya di mana setan membayangkan bahwa ia dapat mengganggunya. Nabi Ayub tidak percaya bahwa sakit yang dideritanya adalah datang karena pengaruh setan.


Demikianlah pemahaman yang sesuai dengan kemaksuman para nabi dan kesempumaan mereka. Allah SWT memerintahkan beliau untuk mandi di salah satu mata air di gunung. Allah SWT memerintahkannya agar beliau minum dari mata air ini. Kemudian Nabi Ayub melaksanakan perintah ini dan mandi serta minum. Belum lama beliau minum pada tegukan yang terakhir sehingga beliau merasakan sehat dan sembuh total dari penyakitnya. Kemudian suhu panas dalam tubuhnya pun kembali normal seperti biasanya. Allah SWT memberikan kepada Ayub dan keluarganya dan orang-orang yang seperti mereka suatu rahmat dari sisi-Nya sehingga Nabi Ayub tidak kembali sendirian. Allah SWT memberinya berlipat-lipat kekayaan dan kemuliaan dari sisi-Nya sehingga Ayub tidak menjadi fakir.


Nabi Ayub kembali mendapatkan kesehatannya setelah lama merasakan penderitaan dan sakit; Nabi Ayub bersyukur kepada Allah SWT. Beliau telah bersumpah untuk memukul istrinya sebanyak seratus pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh. Sekarang beliau sembuh maka Allah SWT mengetahui bahwa beliau tidak bermaksud untuk memukul istrinya. Namun agar beliau tidak sampai melanggar janjinya dan sumpahnya, Allah SWT memerintahkannya agar segera mengumpulkan seikat ranting dari bunga Raihan yang berjumlah seratus dan hendaklah beliau memukulkan itu kepada istrinya dengan sekali pukulan. Dengan demikian, beliau telah memenuhi sumpahnya dan tidak berbohong. Allah SWT membalas kesabaran Ayub dan memujinya dalam Al-Qur'an sebagaimana firman-Nya:


"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)

11.KISAH NABI YUSUF AS

Wednesday, February 19, 2014

Nabi Yusuf as merupakan salah satu dari 12 putra nabi Yaqub as. Merupakan Penguasa dan nabi Bani Israil yang sangat terkenal saat di Mesir.

Nama: Yusuf bin Ya'qub (Yusuf bin Yakub)
Garis Keturunan:
Adam as Syits Anusy Qainan Mahlail Yarid Idris as Mutawasylah Lamak Nuh as Sam Arfakhsyadz Syalih Abir Falij Ra'u Saruj Nahur Azar Ibrahim as Ishaq as Ya'qub as Yusuf as
Usia: 110 tahun
Periode sejarah: 1745 - 1635 SM
Tempat diutus (lokasi): Mesir
Jumlah keturunannya (anak): 3 anak (2 laki-laki, 1 perempuan)
Tempat wafat: Nablus
Sebutan kaumnya: Heksos dan Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 58 kali


Yusuf bin Yaqub merupakan salah satu dari 12 putra Yaqub dan merupakan cucu dari Ishaq as, serta cicit dari Ibrahim as.

Pengutusan Nabi Yusuf

Dia adalah salah satu rasul yang tidak termasuk dalam kelompok Ulul Azmi. Rasulullah memuji beliau dalam sabdanya, "Dia adalah orang yang mulia, anak orang mulia, cucu orang mulia, dan cicit orang yang mulia: Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim," (HR. al-Bukhari).


Nabi Yusuf dilahirkan di negeri Kan'an. Dia memiliki seorang saudara kandung yang bernama Bunyamin dan sepuluh saudara seayah. Ibunda Yusuf dan Bunyamin lebih dahulu meninggal, sehingga sang ayah sangat mencintai mereka berdua. Perhatian yang dicurahkan Nabi Ya'qub kepada keduanya menimbulkan sara iri di hati saudara-saudaranya yang lain. Mereka lantas merencanakan sesuatu untuk mencelakakan Yusuf seperti yang tertera dalam al-Qur'an, "Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepada kalian, dan setelah itu kalian menjadi orang yang baik," (QS. Yusuf [12]: 9).

Saudara-saudara Yusuf lalu meminta izin kepada sang ayah agar dia diizinkan ikut bersama mereka bermain di luar kota. Di sanalah Yusuf dilempar ke dalam sebuah sumur tua. Hal ini terekam dalam firman Allah, "Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar." Dan Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Yakub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." Dan kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: "Oh; kabar gembira, ini seorang anak muda!" Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan," (QS. Yusuf [12]: 17-19).


Nabi Ya'qub merasa terpukul atas kejadian itu hingga kedua matanya memutih akibat kesedihan yang mendalam.

Sementara itu, kafilah yang menemukan Yusuf membawanya ke negeri Mesir lalu menjualnya di pasar budak. Pembesar Mesir kemudian membelinya dan memberikan Yusuf kepada istrinya yang belum memiliki anak. Setelah beliau dewasa, Allah memberikannya ilmu dan hikmah di negeri Mesir. Beliaupun menjadi terkenal dengan kepiawaiannya menakwilkan mimpi dan menjaga kehormatan diri dari rayuan tuannya.

Pada satu waktu, Nabi Ya'qub mengutus anak-anaknya, kecuali Bunyamin untuk membeli hasil bumi kepada seorang menteri Mesir, yaitu Yusuf. Nabi Yusuf meminta mereka agar membawa Bunyamin pada kedatangan berikutnya. Mereka pun datang ke Mesir untuk yang kedua kalinya bersama Bunyamin, dan Yusuf telah mengenalinya secara diam-diam. Beliau lantas memerintahkan para pembantunya untuk meletakkan sukatan di dalam karung Bunyamin. Bunyamin pun ditahan. Saudara-saudara yang berusaha membebaskannya namun sia-sia belaka.

Akhirnya mereka pulang tanpa Bunyamin. Ya'qub semakin sedih dengan hilangnya dua putra beliau. Untuk ketiga kalinya, Nabi Ya'qub memerintahkan mereka berangkat ke Mesir guna membebaskan Bunyamin. Saat mereka bertemu, Yusuf memberitahu mereka keadaan yang sebenarnya, sebagaimana yang tertera dalam firman Allah, "Aku Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami" (QS. Yusuf [12]: 90).


Saudara-saudara Yusuf merasa amat bersalah dan berdosa, tetapi Nabi Yusuf memaafkan mereka. Selain itu, dia memberikan bajunya agar diserahkan kepada sang ayah. Baju ini sebagai tanda bahwa dia masih hidup. Setelah mereka bertemu sang ayah, secara bersamaan Nabi Ya'qub telah mencium bau Yusuf, dan membuat penglihatannya kembali normal. Peristiwa ini sesuai dengan firman Allah, "Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf merangkul kedua orang tuanya dan dia berkata: "Masuklah kalian ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman." Dan ia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku inilah takbir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Yusuf [12]: 99-100).

Penggunaan Dirham

Disebutkan dalam surah Yusuf ayat 20 sebagai berikut, "Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf."(QS. Yusuf [12]: 20).


Profesor Bassam Jarrar berkata tentang teks tersebut, "Ayat ini menunjukkan tingkat peradaban masyarakat Mesir saat itu. Mereka sudah menggunakan dirham, mata uang perak yang berfungsi sebagai alat tukar dalam sistem perdagangan. Di sisi lain, kita juga menemukan saudara-saudara Yusuf yang datang dari desa menawarkan barang-barang untuk membeli bahan makanan. Allah berfirman, "Yusuf berkata kepada pelayan-pelayannya, 'Masukkanlah barang-barang (penukar kepunyaan mereka) ke dalam karung-karung mereka," (QS. Yusuf [12]: 62).

Perhatikan juga firman Allah, "Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: "Wahai Al-Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka penuhilah jatah (gandum) untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah". (QS. Yusuf [12]: 88).


Ringkasan Kisah Yusuf

Al-Qur'an mengawali kisah Yusuf saat ia masih muda. Ia bermimpi melihat sebelas planet, matahari, dan bulan bersujud padanya (Yusuf [12]:4). Mimpi itu ia beritahukan kepada ayahnya, Yaqub yang menyuruhnya agar tidak memberitahukan mimpi itu kepada saudara-saudaranya yang pencemburu (Yusuf [12]:5). Yusuf juga merupakan anak yang paling disayangi Yaqub, sehingga saudaranya merasa cemburu dan mereka merencanakan suatu rencana untuk membuang Yusuf (Yusuf [12]:8). Saudara-saudara Yusuf meminta izin pada Yaqub untuk membawa Yusuf pergi bersama mereka, dan mereka diizinkan. Dalam perjalanan, Yusuf dimasukkan ke dalam sumur dan ditinggal pergi oleh saudara-saudaranya hingga kemudian ia ditemukan oleh kafilah dagang yang kemudian menjualnya di Mesir. Orang yang membeli Yusuf adalah Qithfir, seorang raja Mesir yang mempunyai julukan Al Aziz.

Yusuf didalam Al-Qur'an dikatakan sebagai pria yang sangat tampan. Pernyataan ini digambarkan ketika Yusuf tumbuh remaja, istri tuannya yang bernama Zulaikha menggodanya karena tidak bisa menahan daya tarik ketampanannya dan setiap wanita yang melihatnya pasti terkesima, namun Yusuf menolaknya (Yusuf [12]:23). Sehingga ia mengancam Yusuf akan dipenjarakan, jika tidak mengikuti perintahnya (Yusuf [12]:32). Namun, Yusuf tetap teguh dan ia akhirnya dipenjarakan (Yusuf [12]:33). Yusuf dipenjarakan bersama dua orang tahanan. Di dalam penjara, mereka mengetahui bahwa Yusuf memiliki kejujuran yang tinggi dan dapat menafsirkan mimpi (Yusuf [12]:36). Yusuf berhasil dalam menafsirkan mimpi 2 tahanan lainnya, mimpi mereka adalah bahwa salah satu dari mereka akan dihukum mati, dan yang lainnya akan dibebaskan dan kembali bekerja sebagai penuang air minum raja. Maka, Yusuf meminta pada temannya yang akan dibebaskan untuk mengemukakan masalahnya kepada raja. Namun, ketika dibebaskan, ia melupakan Yusuf, sehingga ia tetap dipenjara.

Beberapa tahun kemudian, raja bermimpi dan menanyakan apa artinya. Penuang minuman tersebut akhirnya ingat pada Yusuf, dan ia menanyakan Yusuf apa arti mimpi raja. Yusuf menafsirkan mimpi raja bahwa akan terjadi tujuh panen yang berlimpah, kemudian diikuti tujuh panen yang sedikit, dan kemudian ada tahun yang penuh dengan hujan. Raja yang mendengar tafsir Yusuf, akhirnya memanggilnya. Namun, sebelumnya Yusuf meminta kepada orang-orang yang menuduhnya ditanyai apa yang sebenarnya terjadi. Zulaikha akhirnya mengakui apa yang dilakukannya pada Yusuf. Yusuf akhirnya dibebaskan dan raja menghendaki ia bekerja untuknya. Yusuf akhirnya meminta agar ia ditugaskan untuk mengurus hasil bumi di negeri itu.

Selama tahun-tahun yang diramalkan paceklik, saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir untuk meminta makanan. Mereka diperbolehkan menghadap Yusuf yang mengenal mereka, namun mereka tidak. Yusuf meminta mereka jika ingin meminta makanan lagi, mereka diharuskan membawa adik laki-laki bungsu mereka. Mereka akhirnya membawa adik bungsu mereka pada pertemuan berikutnya. Pada adik bungsunya itulah, Yusuf mengungkapkan kisahnya bahwa ia dipelakukan jahat oleh kakak-kakaknya. Yusuf akhirnya bekerja sama dengan adiknya. Adiknya untuk sementara ditinggal bersamanya. Yusuf berpura-pura bahwa adiknya ditahan karena mencuri gelas minum raja. Pada saat itu juga, Yaqub kehilangan penglihatannya karena merasa kehilangan Yusuf dan saudaranya.

Ketika saudara-saudara Yusuf datang lagi kepadanya, Yusuf mengungkapkan jati dirinya pada mereka. Saudara-saudara Yusuf akhirnya meminta maaf atas tindakan mereka. Yusuf kemudian meminta mereka membawakan bajunya kepada ayahnya dan mengusapkan pada wajah ayahnya untuk memulihkan penglihatannya dan juga memerintahkan mereka untuk membawa orangtua dan keluarga mereka ke Mesir. Setelah tiba di Mesir, orang tua dan saudara-saudaranya bersujud untuk menghormatinya. Yusuf kemudian mengingatkan akan mimpinya di masa muda yang ditafsirkan oleh ayahnya; sebelas planet, matahari, dan bulan bersujud padanya.

Followers