Nabi Syu'aib as berdakwah kepada
kaum Madyan dan Aikah. Merupakan satu dari 4 nabi bangsa Arab. Tiga lainnya
adalah nabi Hud, Shaleh, dan Muhammad saw.
Nama: Syu'aib (Syuaib) bin Mikail
Garis Keturunan:
Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒
Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒
Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒
Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒
Ibrahim as ⇒ Madyan ⇒ Yasyjur ⇒ Mikail ⇒ Syu'aib
as
Usia: 110 tahun
Periode sejarah: 1600 - 1490 SM
Tempat diutus (lokasi): Madyan (di
pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai)
Jumlah keturunannya (anak): 2 anak
perempuan
Tempat wafat: Yordania
Sebutan kaumnya: Madyan dan Ashhabul
Aikah
di Al-Quran namanya disebutkan
sebanyak 11 kali
Dakwah Nabi Syu'aib
Syu'aib (Shuayb, Shuaib, Shuaib, Syuaib) artinya "Yang
Menunjukkan Jalan Kebenaran"
Allah mengutus Nabi Syu'aib kepada
penduduk Madyan yang berada di bagian barat laut Hijaz, tepatnya di daerah
al-Bada'. Allah berfirman, "Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk
Mad-yan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, Tidak ada ilah (sembahan) bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia
barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu
jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman"."Dan janganlah kamu
duduk di tiap-tiap jalan dengan menakuti-nakuti dan menghalang-halangi orang
yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi
bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah
memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang berbuat kerusakan." (QS. Al-A'raf [7]: 85-86).
Penduduk Madyan adalah orang-orang
pandai berdagang dan bertani. Hanya saja mereka sering menipu dan licik dalam
berinteraksi terhadap sesama. Jika membeli barang milik orang lain, mereka
minta agat takaran atau timbangannya dilebihkan dari ukuran hak mereka.
Sebaliknya, jika menjual, mereka akan berlaku curang dan mengurangi timbangan
atau takaran yang menjadi hak orang lain.
Nabi Syu'aib melarang mereka
melakukan perbuatan tersebut dan mengingatkan akibat dari perbuatan tercela
itu. Namun, mereka tidak mengindahkannya sebagaimana disebutkan dalam
al-Qur'an, "Wahai nenek moyang kami atau
melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki?.
Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai."
(QS. Hud [11]: 87).
Penduduk Madyan telah menempuh jalan
sesat, menyekutukan Allah, mengancam Nabi Syu'aib dan orang-orang yang beriman
dengan siksaan serta pengusiran. Hal ini sebagaimana terekam dalam al-Qur'an,
"Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri dari kaum Sy'uaib "Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu'aib
dan orang-orang yang beriman bersamamu dari negeri kami, kecuali kamu kembali
kepada agama kami". Berkata Syuaib: "Dan apakah (kamu akan mengusir
kami), kendatipun kami tidak menyukainya?" (QS. Al-A'raf [7]: 88).
Kemudian berlakulah Sunatullah
terhadap orang-orang yang zhalim setelah mereka tetap dalam kebatilannya dan
berada pada jalan yang sesat. Allah berfirman, "Pemuka-pemuka
dari kaumnya (Syu'aib) yang kafir berkata (kepada sesamanya):
"Sesungguhnya jika kalian mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat
demikian (menjadi) orang-orang yang merugi'.Kemudian mereka ditimpa gempa, maka
jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka,
(yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib seolah-olah mereka belum pernah
berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu'aib mereka itulah
orang-orang yang merugi. Maka Syu'aib meninggalkan mereka seraya berkata:
"Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat
Tuhanku dan aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih
hati terhadap orang-orang yang kafir?" (QS. Al-A'raf [7]: 90-93).
Lalu Allah mengutus Nabi Syu'aib
kepada Ashabul Aikah (Penduduk Aikah) di daerah Tabuk. Demikianlah menurut
riwayat sejarawan yang paling kuat. Allah berfirman,
"Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul; ketika Syuaib berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian. maka bertakwalah kepada
Allah dan taatlah kepadaku," (QS. Asy-Syu'ara [26]: 176-179).
Kata al-Aikah bermakna semak belukar
yang melilit pepohonan. Bentuk jamaknya adalah Aik. Mereka pun mulai menyembah
Aikah tersebut dan tidak menyembah Allah. Disamping itu, mereka juga selalu
berbuat curang dalam timbangan dan takaran. Nabi Syu'aib selalu mengingatkan
mereka tentang akibat dari perbuatan tersebut, tetapi mereka selalu
menentangnya. Kisah ini terekam dalam firman Allah, "Mereka
berkata: "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang
kena sihir, dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan
sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang
berdusta. Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk
orang-orang yang benar. Syu'aib berkata: "Tuhanku lebih mengetahui apa yang
kamu kerjakan".Kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa
adzab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya adzab itu adalah adzab hari
yang besar. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sungguh, Rabbmu
Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang ," (QS. Asy-Syu'ara [26]:
185-191).
Ringkasan Kisah Syu'aib
Syu'aib ditetapkan oleh Allah untuk
menjadi seorang nabi yang tinggal di timur Gunung Sinai kepada kaum Madyan dan
Aikah. Yaitu kaum yang tinggal di pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai.
Masyarakat tersebut disebut karena terkenal perbuatan buruknya yang tidak jujur
dalam timbangan dan ukuran. Mereka menyembah berhala bernama Aikah, yaitu
sebidang tanah gurun yang ditumbuhi pepohonan.
Syu'aib memperingatkan perbuatan
mereka yang jauh dari ajaran agama, namun kaumnya menghiraukannya. Syu'aib
menceritakan pada kaumnya kisah-kisah utusan-utusan Allah terdahulu yaitu kaum
Nuh, Hud, Shaleh, dan Luth yang paling dekat dengan Madyan yang telah
dibinasakan Allah karena enggan mengikuti ajaran nabi. Namun, mereka tetap
enggan. Akhirnya, Allah menghancurkan kaum Madyan dengan bencana.
Ketika berdakwah bagi kaum Madyan,
Nabi Syu'aib menerima ejekan masyarakat yang tidak mau menerima ajarannya
karena mereka enggan meninggalkan sesembahan yang diwariskan dari nenek moyang
kepada mereka. Namun, Syu'aib tetap sabar dan lapang dada menerima cobaan
tersebut. Ia tidak pernah membalas ejekan mereka dan tetap berdakwah. Bahkan,
dakwahnya semakin menggugah hati dan akal. Dalam berdakwah kadang ia
memberitahukan bahwa dia sebenarnya sedarah dengan mereka. Hal ini memiliki
tujuan agar kaumnya mau menuju jalan kebenaran. Karena itulah ia diangkat
menjadi rasul Allah yang diutus bagi kaumnya sendiri. Nabi Syu'aib yang saat
itu memiliki beberapa pengikut, mulai mendapat ejekan kasar dari kaum lain.
Bahkan ada yang menganggapnya sebagai penyihir dan pesulap ulung.
Allah menimpakan azab melalui
beberapa tahap. Kaum Madyan pada awalnya diberi siksa Allah melalui udara panas
yang membakar kulit dan membuat dahaga. Saat itu, pohon dan bangunan tidak
cukup untuk tempat berteduh mereka. Namun, Allah memberikan gumpalan awan gelap
untuk kaum Madyan. Kaum Madyan pun menghampiri awan itu untuk berteduh sehingga
mereka berdesak-desakan dibawah awan itu. Hingga semua penduduk terkumpul,
Allah menurunkan petir dengan suaranya yang keras di atas mereka. Saat itu juga
Allah menimpakan gempa bumi bagi mereka, menghancurkan kota dan kaum Madyan.
Makam Syu'aib terpelihara dengan
baik di Yordania yang terletak 2 km barat kota Mahis dalam area yang disebut
Wadi Syu'aib. Situs lain yang dikenal sebagai makam Syu'aib terletak di dekat
Horns of Hattin di Lower Galilee.
Kisah Syu'aib dalam Al-Qur'an
Di dalam Al-Quran, nama Syu'aib,
disebutkan sebanyak 19 kali, yaitu :
Surat Al A’Raaf [7] : ayat 85, 88,
90, 92, dan 93.
Surat Huud (Hud) [11] : ayat 84, 85,
87, 88, 91, 92, dan 94
Surat Asy Syu'araa [26] : ayat 177,
188, dan 189
Surat Al-Qashash (Al-Qasas) [28] :
ayat 25 dan 27
Surat Al-'Ankabuut (Al-'Ankabut)
[29] : ayat 36 dan 37
0 comments
Post a Comment